Wonosobo Hebat

Busana Pengantin Setjonegoro Resmi Diperkenalkan Kembali di Hari Jadi ke-200 Wonosobo

Tribun Jateng/Imah Masitoh
BUSANA PENGANTIN SETJONEGORO - Sendratari meriahkan Pisowanan Agung Hari Jadi ke-200 Kabupaten Wonosobo, Kamis (24/7/2025) di Alun-alun Wonosobo. Sendratari ini mengisahkan heroiknya Setjonegoro dan mengenalkan busana pengantin Setjonegoro yang menjadi khas Wonosobo. 

TRIBUNJATENG.COM, WONOSOBO - Kemeriahan Hari Jadi ke-200 Kabupaten Wonosobo tak hanya diwarnai parade budaya dan atraksi udara, tapi juga menjadi momentum penting bagi penguatan identitas lokal. 

Dalam rangkaian acara Pisowanan Agung, Pemerintah Kabupaten Wonosobo secara resmi kembali memperkenalkan busana pengantin khas daerah yang telah ditetapkan sejak tahun 2020, bernama Setjonegoro.

Baca juga: Atraksi Terjun Payung AirNav Warnai Puncak Hari Jadi ke-200 Kabupaten Wonosobo

Busana ini tampil mencolok dalam pementasan sendratari yang mengisahkan perjuangan tokoh legendaris Setjonegoro sebagai lambang kejayaan dan kemakmuran masyarakat Wonosobo.

“Kita tahun 2020, Pak Bupati sudah menetapkan melalui surat keputusan Bupati tentang baju adat pengantin khas Wonosobo yang diberi nama Setjonegoro,” ucap Agus Wibowo, Kepala Disparbud Kabupaten Wonosobo.

20250724_busana pengantin Setjonegoro Wonosobo_2
BUSANA PENGANTIN SETJONEGORO - Sendratari meriahkan Pisowanan Agung Hari Jadi ke-200 Kabupaten Wonosobo, Kamis (24/7/2025) di Alun-alun Wonosobo. Sendratari ini mengisahkan heroiknya Setjonegoro dan mengenalkan busana pengantin Setjonegoro yang menjadi khas Wonosobo.

Ia menjelaskan dalam sendratari yang tampilkan itu mengisahkan heroiknya Setjonegoro yang pada akhirnya dapat membawa masyarakat Wonosobo yang maju makmur.

"Mereka kita kenakan baju, yang baju itu sejatinya hari ini sudah kita sosialisasi sebagai baju adat pengantin," lanjutnya.

Dibandingkan dengan busana adat dari daerah lain, busana ini membawa sentuhan lokal yang kuat, baik dari segi gerak, motif, hingga unsur seni pertunjukannya.

“Gagrak Jogja, tetapi ada nilai-nilai khas seperti motif carica, kemudian iringan-iringan depannya itu cucuk lampahnya itu lengger gitu. Sehingga kita angkat tema lokal menjadi ciri khas Wonosobo,” tambahnya.

Baca juga: Gimbal Unik Bak Konde, Gadis Kecil Kalikajar Ikuti Ruwatan saat Momentum Hari Jadi Wonosobo 

Meski secara resmi telah ditetapkan melalui SK Bupati pada tahun 2020, pandemi Covid-19 sempat menunda publikasi dan sosialisasi luas busana ini. 

Baru pada momen Hari Jadi tahun ini, busana ini kembali diperkenalkan secara formal kepada masyarakat.

Dengan ditampilkannya dalam panggung utama Hari Jadi ke-200, Pemerintah Kabupaten berharap busana ini menjadi pilihan utama masyarakat dalam acara pernikahan, sekaligus menjadi simbol kuat identitas budaya Wonosobo yang khas dan membanggakan. (ima)